Tempat Berlatih Yoga : Jakarta Selatan


·         Ini dia studio yoga di Jakarta Selatan 

C   Celebrity Fitness Saberro
Jl. Kemang Raya No. 10 A
Telp : (021) 7180 550

·         Iyengar Yoga
Jl. Kemang Raya No. 18 D
Telp : (021) 719 3101

 Bodysoul
Jl. Kemang Timur Dalam No. 9
Telp : (021) 719 693

·         Sanggar Kemang 5
Jl. Kemang  Barat No.1 9
Telp : (021) 717 91734

·         Yoga@42. Bikram Yoga
Jl. Kemang  Raya  Selatan No. 2
Telp : (021) 719 7379

·                      ------------------------------------------------------------------------------------------------------------
                   buat teman-teman yg pingin kerja di rumah, berpenghasilan sekaligus bisa  
                            mengawasi anak di rumah, tanpa bermacet-macet ria,  cek di web ini ya :
                    
                              www.IbuBekerja.com/?id=AsaSuksesku

 -           -----------------------------------------------------------------------------------------------------------

·         Rumah Yoga
Jl. Lamandau No. 19
Telp : (021) 739 3266, 739 3267

·         Fitness First Plaza semanggi
Jl. Jend. Sudirman Kav. 50
Telp : (021) 2553 9488

·         Celebrity Fitness VIP
FX  Lifestyle  X’ter
Jl. Jend. Sudirman – Pintu I Senayan
Telp : (021) 2555 4288

·         Brasilsul
FX  Lifestyle  X’ter
Jl. Jend. Sudirman – Pintu I Senayan
Telp : (021) 3322 3700

·         Fitness First Platinum
Senayan City
Jl. Asia Afrika Lot. 19
Telp : (021) 7278 1333

·         Fitness First Platinum
Pacific Place - SCBD
Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53
Telp : (021) 5140 0525

·         Celebrity Fitness PIM
Jl. Metro Pondok Indah
Telp : (021) 750 7929

·         Fitness First Oakwood
Jl. Lingkar Mega Kuningan
Telp : (021) 2554 2333

·         Celebrity Fitness The Belleza
Apartemen Belleza
Jl. Let. Jend. Supeno No.34
Telp : (021) 5367 0099


Yoga di YogaBarn


Bali  Spirit Festival (BSF) yoga, music and dance 2011 menyisakan energi positif dalam diri saya.  Saat masih berada di Bali, saya berpikir apakah mungkin saya membuat event yang sama dalam lingkup kecil ?  

Dan …voila… ketika sampai di Jakarta, energi positif itu saya tularkan ke teman-teman yang selama ini sama-sama rutin berlatih yoga.  Akhirnya, dengan bantuan teman saya di Bali, event skala kecil  “YOGA & ME TIME di Bali” terselenggrakan pada tanggal 28 – 30 Mei 2011.

Meski muatan  ‘me time’ lebih banyak daripada jam berlatih yoga, namun kami puas dengan kualitas yoga yang kami lakukan. Tanggal 29 Mei, Sabtu, kami berlatih selama 1,5 jam di YogaBarn, Ubud, bersama Cat Kabira. Saya tak menyangka bisa bertemu dengan Cat lagi karena setahu saya Cat baru akan mengadakan teacher training di Bali pada awal Juni 2011. Eh…. rejeki ternyata ngga kemana !!!




Tanggal 30 Mei 2011, Minggu, kami berlatih bersama Uma Inder. Sebenarnya ini adalah pertemuan saya dengan Uma yang kedua. Pertemuan pertama, di BSF 2011, saya sempat  ‘melongok’ workshopnya dan tak berminat mengikutinya. Kali ini, saya harus mengikuti kelasnya.

Cat dengan aliran Forest yoga nya sangat bisa kami ikuti. Semua gerakan yang diajarkan  Cat, sering kami lakukan di Jakarta. Dari Uma, kami memperoleh banyak ilmu.  Saat melakukan Surya Namaskar, Uma meminta kami untuk mengucapkan kata matra di setiap gerakan. Dalam penjelasannya, Uma mengatakan bahwa matra tersebut juga berfungsi sebagai detoks. Wah….. !!!!  Saya jadi menyesal mengapa saat di BSF Maret lalu, saya tak ikut kelas Uma. Uma, wanita India dan sudah menetap di Bali selama beberapa tahun ini, terkenal sebagai ahli  Ayurvedic therapy yang dikombinasikan dengan yoga. Keahliannya diakui tingkat internasional lho……

Yang perlu menjadi catatan adalah :  kami harus meningkatkan ketahanan fisik saat berlatih yoga. hal ini sangat kami rasakan saat berlatih di YogaBarn. Bayangkan, biasanya, saat latihan di Depok, kami hanya menahan satu pose dalam 20 detik. Sedangkan dengan Cat dan Uma, satu pose bisa ditahan hingga 2 menit.   Weleh…weleh…..!!!!!


Bagai Sebutir Pasir di Laut



            Di tengah-tengah peserta yang mengikuti Bali Spirit Festival (BSF) 2011, dalam hati saya mengibaratkan diri seperti  ‘sebutir pasir’ di tengah laut yang sangat luas.  Apalagi bila melihat peserta yang berhasil melakukan pose yoga yang super sulit.   

            Meski sedikit minder tapi saya bahagia bukan main. Di tengah-tengah peserta yang hampir semuanya bule, saya adalah orang lokal yang beruntung bisa ikut BSF dan melihat langsung bagaimana guru-guru yoga tingkat internasional melatih para peserta dengan gaya mereka masing-masing.

Danny Paradise, Denise Payne, Cat Kabira adalah favorit saya.

Danny yang selama ini saya kenal sebagai gurunya Madonna dan Sting, ternyata sangat pantas saya kagumi.  Penampilannya sederhana (selama mengajar workshop ia sering memakai celana kolor bercorak batik) mampu membuat peserta berkeringat deras, kelelahan, sekaligus tersenyum. Humornya cukup oke.

Workshop Denise Payne, menjadi perhatian saya karena dia memberi banyak pengetahuan yoga di awal workshop. Setiap kata-katanya sangat bermakna.  Ah… lagi-lagi saya merasa bagai sebutir pasir yang teramat kecil ukurannya.

Workshop Cat Kabira tak sepenuhnya saya ikuti karena saya harus meliput workshop lain. Pikir saya, selama ini  saya sudah mengenal gaya Cat mengajar dari DVD dan setahun lalu saya pernah ikut workshop dia di Jakarta. Kecanggihan Cat justru banyak saya perhatikan ketika dia mengikuti workshop presenter lain.       

Selama 4 hari berturut-turut, saya berada di lokasi BSF mulai jam 08.00 WITA hingga 17.00  WITA. Dan selama 4 hari itu pula semangat saya semakin tinggi menggunung. Tekad saya : semakin giat berlatih sepulang dari BSF. Semangat !!!!

Terus Berkembang

                                    Laporan  untuk  majalah  Le Gong (3)

Sejak tahun 1990 an, yoga mulai berkembang di Indonesia, terutama di kota-kota besar. Saat ini di tiga kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung atau Surabaya, sangat mudah menemukan studio-studio yoga atau fitness-fitness centre. 

Sejak tahun 2008, Balispirit Festival (BSF) menjadi pioneer melaksanakan festival yoga di Indonesia untuk skala internasional. Sedangkan di tahun 2010, di Jakarta, diadakan Namaste Festival. Meskipun dengan kemasan yang berbeda, kedua festival tahunan tersebut tetap menarik benang merah :  yoga sebagai sebuah gaya hidup.

Pujiastuti Sindhu, seorang master yoga di Indonesia mengatakan perkembangan yoga di Indonesia sangat mengembirakan. Itulah kenapa ia  menyambut baik festival-festival yoga banyak digelar di Indonesia. Perkembangan yang baik ini juga berdampak pada kebutuhan guru-guru yoga yang professional. Tak heran bila puluhan orang setiap tahun mengikuti program pelatihan guru (teacher training) di studio yoga milik Pujiastuti di Bandung.  “Untuk bisa melatih yoga dengan baik perlu pengetahuan yang baik pula, untuk itu perlu pelatihan,” jelas mba Uji, begitu sapaan Pujiastuti Sindhu.

       ---------------------------------------------------------------------------------------------------
             buat teman-teman yg senang jalan-jalan gratis, boleh dicek di web ini ya :
                        www.Dini-Shanti.com/jalanjalangratis/?id=AsaSukses
      

Perkembangan yoga yang cukup baik di Indonesia itulah yang juga dijawab oleh I Made Gunarta, Co-Founder and Cultural Laison BSF. BSF berusaha menampilkan master-master yoga internasional yang sangat ahli di bidangnya. ”Setiap tahun kami ingin memberi kejutan pada peserta BSF.”

 Dengan tetap mengedepankan perpaduan budaya Timur dan Barat, tahun depan (2012) I Made Gunarta akan menyelenggarakan BSF berdekatan dengan Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka. “Tahun depan, saya ingin para peserta selain bisa menikmati acara-acara BSF, sekaligus bisa menikmati Festival Ogoh-ogoh.”     Dalam budaya Bali, ogoh-ogoh adalah simbol roh-roh jahat. Malam sebelum Hari Raya Nyepi, biasanya diadakan upacara pembakaran ogoh-ogoh.

Semoga festival-festival yoga internasional yang digelar di Indonesia tak hanya berarti untuk perkembangan yoga di Indonesia namun memberi sumbangan positif pada parisiwata di Indonesia. Khusus untuk BSF, semoga sumbangan untuk membangun Bali selalu dikedepankan.  Namaste. *** 

      

                                                               

Spirit Itu Bernama Yoga, Musik dan Tari


Laporan Bali Spirit Festival IV untuk majalah Le Gong (2)

Yoga, musik dan tarian menjadi pelebur batas negara, agama, ras dan usia. Sebuah contoh kecil wujud kedamaian sejati yang baru saja digelar di sebuah daerah yang tarikan daya spiritualnya sangat tinggi, Ubud – Bali. 

Pagi, menjelang akhir bulan Maret lalu, saya dari Jakarta sengaja terbang ke Bali untuk menghadiri festival tahunan Balispirit, -Yoga, Music and Dance. Setelah menempuh perjalanan selama 1,5 jam dari Jakarta akhirnya saya tiba Bandara Ngurah Rai – Bali, dan menempuh perjalanan 1 jam untuk sampai ke Ubud.

Balispirit Festival (BSF) adalah festival tahunan. Tahun 2011 ini adalah tahun ke empat. Tahun lalu, sebenarnya saya sudah sangat ingin menghadiri acara ini  namun karena satu dan lain hal, saya membatalkannya. Tahun ini saya datang ke BSF dan berjanji tak akan melewatkan satu hari pun di acara yang digelar selama 4 hari itu. Alasannya, saya ingin memperoleh wawasan tentang yoga, musik dan tarian yang melengkapi acara tersebut.  Dan tentunya, menambah spirit hidup saya.

Bali, terutama Ubud memiliki daya tarik magis yang kuat untuk hal-hal yang sifatnya spiritual, termasuk saat melakukan yoga.  Pagi itu,  begitu saya melihat peserta Balispirit  yang dari berbagai negara datang sambil membawa matras yoga, tarikan daya magis Ubud semakin kuat.




Warna-warni Workshop 
  
            BSF kali ini diadakan di Purinati Centre of Arts, Batuan, Ubud. Tersedia  7 tempat besar untuk workshop-workshop yoga, kolam renang, satu tempat besar untuk penjualan souvenir selama acara, dan pondok penyembuhan (healing hut). Peserta acara ini yang berjumlah 1.500 orang dari berbagai negara.

Bagi Anda pecinta yoga, pelatih yoga, atau yang baru tertarik dengan yoga, BSF adalah surga. Bayangkan setiap hari terdapat 25 workshop yoga yang bebas Anda pilih dan ikuti. Selama empat hari, seluruh workshop tersebut dipresentasikan oleh lebih dari 100 pelatih yoga bertaraf internasional yang didatangkan oleh panitia dari berbagai Negara: Australia, Inggris, Amerika Serikat. Kanada, Hawai, dan tentunya Indonesia.

            Saya sebut surga bagi para pecinta yoga karena acara tersebut menyajikan berbagai workshop yoga yang mungkin belum pernah Anda ikuti sebelumnya. Meski selama ini saya aktif berlatih yoga di acara ini saya yakin akan mendapatkan pengalaman-pengalaman  baru.  

Saya memilih workshop yang belum pernah saya ikuti sebelumnya, yaitu Yoga Meets Dance, Yoga with Live DJ, Acrobatic Yoga, Spirit Dance and Soul Song, Yoga Restorative, dsbnya.

            Bhakti  Boogie HoopYoga and Hoopnotica, misalnya, menyajikan gabungan antara gerakan yoga dan tarian hulahoop.  “Saat Anda melakukan  hulahoop Anda bisa sekaligus melakukan gerakan yoga, meditasi, dan juga untuk senang-senang,” ujar Jocelyn Gordon sang instruktur. Dengan hulahop yang bisa dibongkar pasang dan berdiamater 1,5 meter, Jocelyn berhasil menggabungkan gerakan yoga dan hulahoop dengan apik. Tubuhnya meliuk-likuk indah dan berkeringat.

            Kelas yang menyenangkan saya rasakan ketika mengikuti workshop Yoga Meets Dance.  Kelas ini diawali dengan semua peserta membentuk lingkaran dan bersama-sama melakukan gerakan yoga selama 10 menit. Setelah itu, sang instruktur memberi aba-aba agar semua peserta menari mengikuti irama musik.  Musik yang diputar pun cukup lengkap dari mulai yang berirama slow, opera, menghentak hingga disko.  Sesekali sang instruktur, Cloe Jackson dari Inggris tetap mengingatkan agar para peserta tetap mengeksplorasi gerakan tubuh yang berhubungan dengan tulang punggung, kepala, tangan, kaki, dan anggota tubuh lain.  Gerakan tarian para peserta tentu tak beraturan, namun nyatanya wajah semua peserta tampak gembira saat workshop ini.

            Mediatasi, sebagai pelengkap latihan yoga, saya lakukan dengan bentuk lain ketika mengikuti workshop Spirit Dance and Soul Song yang diajarkan oleh Daphine Tse dan Ellen Watson. Jika selama ini, saya melakukan meditasi sambil duduk bersila dan tak bersuara, di workshop  Ellen dan Daphine saya dan peserta lain bisa berguling-guling, menari, bernyanyi, dan  tersenyum. “Tubuh Anda adalah alat musik yang bisa dipakai untuk bernapas, bersuara, bernyanyi, menari, bermain-main dan berdoa,” ujar Ellen.
 
Intinya Ellen dan Daphine mengajarkan meditasi bergerak. Mengikuti workshop Ellen berarti kita dijarkan bagaimana mengembangkan kekuatan tubuh, fleksibilitas, merilekskan tubuh dan menguatkan tulang punggung, tentu dengan gaya mengajar Ellen. Lewat keahliannya, tak heran bila kelas Ellen selalu penuh selama BSF.

Selain mengikuti workshop-workshop yoga di atas, saya tetap mengikuti yoga yang selama ini saya ikuti di Jakarta. Pilihan saya jatuh ke workshop yang dipimpin oleh Olop Arpipi.  Olop yang memiliki studio yoga di daerah Seminyak mengajarkan  Iyengar Yoga. Kelasnya  selalu kebanjiran peserta.  Dengan akurasi gerakan versi Iyengar, selama dua jam, para peserta diajak berpeluh keringat oleh Olop. 

Fisik para peserta yoga sangat diuji saat mengikuti  workshop yang dipimpin oleh Denise Payne atau Danny Paradise. Di workshop Denise, peserta workshop diajarkan bagaimana melakukan gerakan-gerakan yoga tingkat mahir. Atau di workshop Danny, kelenturan badan peserta sangat diuji. Untungnya, kedua instruktur yoga itu cukup komunikatif dan menyelipkan humor-humor ringan saat mengajar.
                                         
                                        
Tanpa  Batas Negara dan Usia
Acara BSF boleh disebut sebagai acara yang bisa menyatukan kemajemukan ras, negara, bahasa, agama, dan usia. Tak peduli Anda dari negara mana, beragama apa, dan usia Anda berapa, yoga, musik dan tari menyatukan Anda dengan peserta lain. Salah satu peserta BSF, Helen Dredge dari Australia, mengatakan kepada saya bahwa ia seolah mendapatkan enerji lebih dan kegembiaraan yang luar biasa dengan mengikuti acara ini.  “Tahun depan, saya ingin ikut lagi.”

Peserta lain dari Indonesia, Joey Indrawati.  Joey yang baru lima bulan menjadi asisten guru yoga di Bandung -Jawa Barat, mengaku mendapat ilmu dan wawasan yoga yang sangat berguna untuk bekal mengajar. “Saya baru mengenal yoga, nah… acara ini membuka wawasan tentang yoga dari berbagai sudut.”

BSF tak cuma menyenangkan untuk para peserta yang usianya masih produktif. Anak-anak, yang rata-rata adalah anak para peserta BSF juga dimanjakan. Di arena BSF disediakan ‘sudut anak’ (kids corner) dengan fasilitas mainan anak-anak, dan face painting dan tentu workshop yoga untuk anak-anak.

 Mereka yang usianya di atas 50 tahun juga mendapat perhatian. Hal ini dibuktikan dengan dihadirkannya 80 orang manula dari Desa Nyuh Kuning Mas, Ubud ke BSF. Para manula ini sudah tiga bulan berlatih yoga bersama Deborah Koehn, dari Hawaii. Deborah rela tak dibayar sepeser pun untuk mendidik mereka. “Menyenangkan mendengar kualitas hidup mereka jauh lebih baik,” katanya.

Saya mengikuti workhop yoga untuk manula ini dari awal hingga akhir karena sangat menarik. Menarik karena baru kali ini saya mengikuti workshop yoga yang aba-aba pelatihnya  diterjemahkan ke bahasa Bali. Ya, para manula itu hanya bisa bahasa Bali. Jadi aba-aba dan penjelasan dari Deborah harus diterjemahkan ke bahasa Bali. Made Wena, yang mendampingi Deborah selama mengajar yoga dan bertindak sebagai penterjemah mengatakan antusias para manula belajar yoga sangat tinggi. “Setelah berlatih yoga bersama Deborah, beberapa keluhan kesehatan mereka berangsur hilang. Misalnya, jari-jari tangan kaku di pagi hari berangsur-angsur hilang. Atau yang tadinya mereka jarang bisa tidur, jadi gampang tidur, dan nafsu makan menjadi bagus,” jelas Made.


                               ------------------------------------------------------------------
Yang ingin 4 jt/bulan dengan kerja di rumah, dan sudah bosen banget dengan KEMACETAN 
Jakarta , tengok web ini  :        www.IbuBekerja.com/?id=AsaSuksesku
                               ------------------------------------------------------------------


Bahagia, bahagia, bahagia….. 
            Dihadiri oleh peserta dari berbagai negara, BSF juga memanjakan peserta dengan keanekaragaman budaya. Selama 4 hari berturut-turut budaya Bali tak cuma ditampilkan sebagai sebuah pertunjukkan tetapi juga ditampilkan sebagai sebuah workshop. Sebagai contoh, workshop tari Bali oleh ibu Sekartini dan bapak Ida Bagus selalu diikuti oleh banyak peserta. Mereka secara kilat diajari bagaimana cara mengerakan tangan, kaki, leher dan lirikan mata, dalam tarian Bali. 

            Budaya internasional juga disuguhkan. Selama empat hari berturut-turut African Dance menjadi favorit peserta. Saya yang selalu ‘menengok’ berapa jumlah peserta BSF yang menghadiri African Dance ini, dibuat kagum karena tempat workshop selalu penuh.  Diiringi oleh  suara gendang yang menghentak, tarian ini cocok untuk bersenang-senang sekaligus membakar kalori. Jangan heran bahwa selama workshop ini digelar terdengar teriak-teriak peserta karena kegirangan. 

Di negara asalnya,  Afrika, konon tarian gaya tersebut bisa digelar sepanjang hari untuk memperingati datangnya hari-hari bahagia, seperti pernikahan, kelahiran, atau setelah panen. Di hari terakhir BSF, saya ‘mengancam’ harus menyempatkan diri untuk ikut workshop ini. Bisa diduga, selama 20 menit ikut menari t-shirt saya basah oleh keringat. Yang saya rasakan: bahagia tiada tara. 

            Setelah seharian mengikuti workshop yoga, Anda bisa lebih bersenang-senang bila menghadiri acara BSF yang digelar di Kafe Arma, tak jauh dari lokasi workshop  yoga.  Acara yang digelar mulai dari jam 7 malam sampai tengah malam ini, menampilkan musik dari berbagai aliran dan tarian dari berbagai negara.  Penampilan masing-masing penampil, bisa dinikmati dari depan panggung. Namun jika Anda tak bisa menahan diri untuk bergoyang, banyak peserta BSF yang ikut bergoyang sambil menari. Sama seperti presenter yoga yang bertaraf internasional, grup musik yang tampil malam hari pun juga bertaraf internasional.

            Saya yang menghadiri workshop dari pagi mingga sore, serta menghadiri penampilan band di malam hari, merasa kehilangan saat acara BSF  berakhir. Rasanya selama 4 hari berbaur dengan para peserta BSF dari berbagai negara, terasa masih kurang lama.

Saat pesawat terbang take off meninggalakan Bali, saya kembali  teringat akan wajah-wajah bahagia dan ceria para peserta BSF. Benar kata Meghan: yoga, musik dan tari, sanggup mempengaruhi kehidupan manusia di semua tingkatan.  Dan saya, kembali ke Jakarta, dengan energi yang begitu besar untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. ***